Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) manfaatkan teknologi nuklir dalam penelitian cagar budaya. Kepala Pusat Riset Arkeometri BRIN Sofwan Noerwidi mengatakan, BRIN bersama 19 negara Asia Pasifik dan Timur Tengah manfaatkan teknologi nuklir untuk karakterisasi, konsolidasi, dan preservasi warisan budaya, melalui proyek kerja sama teknis International Atomic Energy Agency (IAEA) RAS1027.
“Untuk karakterisasi, teknologi nuklir dimanfaatkan untuk jelas umur atau umur cagar budaya, kalau bersama carbon dating, pertanggalan uranium series, dan sebagainya,” kata Sofwan, dikutip https://www.madanihotelmedan.com/ dari siaran pers, Rabu, 21 Agustus 2024.
Karakterisasi ini juga digunakan untuk mendeteksi komposisi mineral silika maupun unsur lainnya dalam memilih keaslian cagar budaya berbentuk fosil. Untuk jelas keaslian benda cagar budaya, akan manfaatkan pemindaian micro CT-scan. Misalnya, dari kerapatan tulang, komposisi karakter susunan tulang dan gigi.
“Beberapa teknologi nuklir untuk keperluan riset kami telah punya, dan di anggota organisasi riset arkeometri termasuk telah memanfaatkannya. Ada yang digunakan untuk pertanggalan dan mengecek usia benda-benda bersejarah yang ditemukan,” kata Kepala Organisasi Riset Arkeometri BRIN, Sofwan Noerwidi, saat ditemui di kantor BRIN, Senin, 19 Agustus 2024.
Ihwal pemanfaatannya, kata Sofwan, quantulus radio karbon difungsikan sebagai mencatat dan lihat pertanggalan pada sebuah benda bersejarah. Metode ini menurut dia dapat untuk memilih usia material organik yang punya kandungan karbon.
Karakterisasi juga dilakukan untuk jelas bahan dari cagar budaya, kalau bahan lontar (manuskrip kuno). “Apakah manuskrip tersebut ditulis di atas daun pandan, daun palem, dan sebagainya. Ini dapat dibedakan karakternya manfaatkan pemindaian micro CT, dan XRF untuk jelas komposisi unsurnya,” kata Sofwan.
Teknologi nuklir juga akan digunakan untuk konsolidasi benda cagar budaya. Sebab, Karena karakter dari cagar budaya yang umumnya fragmentaris atau tidak utuh, dan umumnya ditemukan dalam suasana terpecah-belah.
“Ini bagaimana sehingga kami dapat mengkonsolidasikan (menguatkan), kami jalankan penelitian bahan apa yang ramah cagar budaya, tidak berbentuk mengakibatkan kerusakan (korosif), dan dapat menjaga kualitas dan keaslian (orisinalitas) cagar budaya. Teknologi nuklir yang digunakan adalah XRF, gamma ray, dan iradiator gamma,” ucap Sofwan.
BRON bekerja sama bersama Museum Nasional Indonesia, Museum Sangiran, dan Perpustakaan Nasional untuk mengawetkan cagar budaya tersebut dalam sebagian proyek, di antaranya proyek fosil, tembikar, dan manuskrip.
Ke depan, kata Sofwan, teknologi nuklir juga digunakan untuk monitoring. Dengan iklim tropis layaknya Indonesia, monitoring diperlukan sehingga ke depannya dapat mengoptimalkan lingkungan sekitar dalam mengawetkan cagar budaya yang tersedia di dalamnya.
BRIN telah punyai sebagian teknologi nuklir yang digunakan dalam membantu penelitian warisan budaya. Misalnya, untuk radiocarbon bersama alat Quantulus di BRIN Cibinong, XRF di BRIN Bandung, XRF portable di sebagian Kampus BRIN untuk pemindaian komposisi mineral, neutron beam dan iradiator gamma di Serpong untuk mempreservasi cagar budaya.